Category: Movies
Genre: Drama
Rate: 3 out of 5
Film ini menceritakan tentang Emma Bovary (Mia Wasikowska) seorang istri dari dokter Charles Bovary (Henry Lloyd-Hughes). Charles adalah dokter di desa kecil yang sibuk. Sudahlah sibuk, ia juga jarang memberi perhatian kepada Emma. Maka istrinya yang bosan pun mengisi waktunya dengan mempercantik diri dan menghias rumah. Kecantikan Emma yang menjadi bahan perbincangan di ddesa hanya dianggap sebagai angin lalu oleh suaminya. Pada suatu hari Leon Dupuis (Ezra Miller), seorang pengacara muda menawarkan cintanya pada Emma. Tentu saja Emma menolak, karena ia telah bersuami. Namun sepeninggal Leon, Emma baru menyadari betapa kesepian hidupnya tanpa kasih sayang dari suaminya. Sampailah pada suatu ketika Emma Bovary tidak bisa menolak lagi kehangatan cinta yang tentu saja akan mencoreng nama baiknya.
Yang saya suka dari film ini:
-Aktingya Mia Wasikowska masih selalu oke.
-Warna gambarnya bagus. Kayak filter di Instagram.
-Baju-bajunya Emma Bovary baguuuus.
-Eh eh Henry Lloyd-Hughes ini cakep ya hehehe.
-Film ini bagus untuk kajian feminisme.
Yang saya nggak suka dari film ini:
-Aktingnya Mia Wasikowska memang bagus sih. Tapi mulai agak bosan dengan peran-peran sejenis: diam pucat, dingin. Menurut saya Mia harus coba peran-peran baru yang jauh berbeda biar nggak ketebak. Ayolah Mia, coba peranin orang zaman sekarang lagi dong.
-Ada Laura Carmichael, tapi perannya nggak penting. Nggak harus dia juga sih yang meranin peran sambil lewat kayak gitu doang.
-Ezra Miller nggak cocok meranin Leon. Selain kelihatan masih bocah banget, rambutnya juga ganggu.
-Adegan ciumannya jelek. Dingin dan kelihatan palsu.
Review ini juga bisa dibaca via Line @ymg2576q
Ini trailernya…
2 tanggapan untuk “Review: Madame Bovary”
Madame bovary manner nya bagus, tapu sayang endingnya madame bovary terlilit banyak hutang dan memutuskan untuk mengakhiri hidup. Banyak banget pesan dari film ini, tapi kalo saya pribadi suka yang bagian dia kesepian & merasa kosong lalu mencari cinta yang lain yang ternyata juga kekosongan belaka … 🙂
Iya betul. Pesannya bagus sih. Terutama tentang bagaimana orang begitu gampang menghakimi seseorang tanpa mengetahui masalah sebenarnya