Review: Thunder Force (2021)

Film ini Thunder Force ini berusaha ngelucu, sayangnya tidak berhasil.

Foto: Netflix

Film ini mengisahkan dua sahabat Emily dan Lydia. Emily yang pintar baru saja jadi anak yatim piatu karena orang tuanya dibunuh oleh miscreants, yaitu kaum manusia mutant yang punya kekuatan super dan suka melakukan kejahatan.
Emily harus pindah dan tinggal bersama neneknya. Di sekolah barunya itulah ia bertemu dengan Lydia si cewek tomboy yang selalu siap menolong Emily ketika di-bully.
Emily terobsesi untuk memberantas miscreants. Maka ia terus menempa dirinya untuk belajar agar bisa menemukan cara untuk membasmi kejahatan. Hal ini membuat Lydia bete dan berakhir dengan pertengkaran. Persahabatan Lydia dan Emily pun retak. Tali komunikasi mereka terputus.
Bertahun-tahun kemudian, Lydia dewasa (Melissa McCarthy) yang kini telah menjadi seorang buruh, mendapat undangan untuk reuni SMA. Berkat bujukan orang-orang terdekatnya, Lydia tersadarkan kalau ini mungkin saat yang paling tepat untuknya berbaikan dan menjalin komunikasi kembali dengan sahabat lamanya Emily. Emily (Octavia Spencer) sendiri kini sudah menjadi ilmuwan sukses tinggal di sebuah gedung sekaligus lab mewah. Lydia memberanikan diri datang ke tempat tinggal Emily untuk mengajaknya datang ke reuni. Saat Lydia berada di rumah Emily, tanpa sengaja ia memasuki lab dan mengaktifkan mesin di lab yang kemudian mengubah Lydia menjadi manusia super. Rupanya Emily sudah ditahap akhir dalam membuat mesin pencipta manusia super pembasmi miscreants. Emily pun sebenarnya sedang ikut mengubah dirinya menjadi manusia super untuk uji coba.
Kini duo Lydia dan Emily telah kembali dan menjadi manusia super bernama Thunder Force. Mereka bahu-membahu untuk membasmi miscreant yang selama ini mengancam keamanan kota. Tanpa mereka ketahui kalau Miscreant itu adalah hanya kaki tangan dari pihak yang lebih berkuasa.

Yang saya suka dari film ini:
+ Aktingnya Melissa McCarthy memang tidak perlu diuji lagi. Aktris yang berbadan tambun dan berwajah lucu ini selalu bisa keluar dari semua karakter yang pernah ia perankan sebelumnya. Saya selalu menemukan tokoh yang berbeda dari semua karakter yang dia perankan.
+ Akting Pom Klementieff sebagai miscreants juga canggih

THUNDER FORCE: POM KLEMENTIEFF as LASER. Cr. HOPPER STONE/NETFLIX © 2021 

+ Ide utamanya sebenarnya cukup lucu: superhero ibu-ibu

Yang saya kurang suka dari film ini:
-Film ini sangat berusaha ngelucu, tapi menurut saya nggak ada yang berhasil
-Meski Melissa McCarthy aktingnya oke, tapi untuk beberapa adegan dia terkesan sangat berusaha kocak. Sayangnya gagal.
-Mungkin sumber awal ketidaklucuan film ini terletak di penulis naskahnya yang seorang lelaki, yakni Ben Falcone. FYI Ben Falcone adalah tak lain dan tak bukan suami Melissa McCarthy di kehidupan nyata. Adegan joke slapstick cukup bertebaran di film ini. Ada juga adegan selangkangan kena palu yang menurut saya sangat jokes lelaki, sehingga sangat sulit membuat saya untuk tertawa.

THUNDER FORCE (L-R): BEHIND THE SCENES with DIRECTOR, BEN FALCONE, MELISSA MCCARTHY as LYDIA. Cr. HOPPER STONE/NETFLIX © 2021. 

-Saya yakin Melissa sebenarnya tidak senang dengan film ini, tapi namanya bantu suami yekan…
-Saya juga agak kasihan dengan Octavia Spencer yang sepertinya ketutup dengan dominasi Melissa. Padahal sebenarnya tokoh Emily yang paling krusial dalam penciptaan Thurder Force.

Film ini saya tonton di Netflix
Rate: 2,5 out of 5

Ini trailernya…

Comment

Krilianeh

A weirdo who managed the society to accept her for what she is.
A sushi freak.
Love to blog and tweet n’import quoi.
Often found as a girl who reads down in the middle of the crowd.
Enjoys meeting new people and listening to their life story.
Secretly like to think the unthinkable then depressed herself 😀
LOVE TO WATCH MOVIES AND REVIEW THEM (Yes, caps lock is needed)
On her 29th birthday, she got married to a very nice punk rock guy, whom often she called ‘Si Punk Rock’. ❤
A year later, she gave birth to a lovely daughter that later she called ‘Kriby’.
Then 9 years later Kriby got a sister that we called ‘Baby B’.

Let’s connect