Review: Call Me By Your Name

Category: Movies
Genre: Drama, Romance
Rate: 4,5 out of 5

Related image

Ini adalah kisah cinta sepasang lelaki. Iya, lelaki.

Film ini mengisahkan tentang Elio (Timothee Chalamet) seorang bocah 17 tahun dari keluarga intelek. Ayahnya seorang profesor arkeologi dan ibunya adalah perempuan yang cerdas juga. Sehari-hari mereka menggunakan tiga bahasa: Inggris, Perancis, dan Italia. Elio sendiri adalah anak yang sangat berbakat di bidang musik klasik.

Pada suatu hari di musim panas, ayah Elio mengundang salah satu murid terpintarnya untuk berlibur di rumah mereka di Italia. Sekaligus untuk menyelesaikan pencarian benda-benda historis yang mereka temukan di sana. Murid itu bernama Oliver (Armie Hammer), pria berkebangsaan Amerika yang tampan dan charming. Meskipun Elio merupakan anak populer di lingkungannya dan ada perempuan sebayanya yang menyukai dirinya, namun justru Elio hanya ingin mendapat perhatian dari Oliver. Ada apa dengan dirinya?

Yang saya suka dari film ini:
-Gambarnya indaaaaaaaaaaaah banget. Rasanya pengen banget ke pedalaman Italia pas musim panas. Tinggal di rumah antik berbatu, berenang di kolam atau danau, makan siang di halaman rumah. Duh, bagus banget…
-Timothee Chamalet menggambarkan anak berumur berumur 17 tahun yang sedang jatuh cinta dengan sangat keren. Dia bisa dengan sangat apik memperlihatkan ke penonton rasa ingin diperhatikan oleh gebetan tapi gengsi ngomong duluan.
-Berhubungan dengan poin sebelumnya, akting Armie Hammer sebagai Oliver juga patut diacungi jempol. Dia sebagai lelaki lebih tua dan rasional membuat kisah pasangan ini makin gemas saat terjadi tarik-ulur. Ngomong-ngomong Armie Hammer ganteng banget yak! o_O
-Oiya, tarik-ulurnya keren banget, gaes! Semuanya ‘halus’ dan realistis.
-Meskipun kisah cinta ini tentang sepasang lelaki, tapi penggambarannya juga nggak kalah indah. Saya sama sekali nggak merasa awkward pas ngeliat dua orang lelaki berciuman. Yang ada malah ikutan gemas ngikik-ngikik sendiri karena ikut senang cinta mereka bersambut.
-Film ini menceritakan semua tahap dalam cinta dengan lengkap. Mulai dari naksir, kode-kodean, tarik-ulur, cemburu, sampai mabuk kepayang.
-Suka banget dengan penokohan dua lelaki ‘maskulin’ yang sedang jatuh cinta. Meskipun mereka gay, tapi nggak ada yang ngondek. Justru itu malah bikin saya, sebagai perempuan, makin meleleh (juga menyayangkan kenapa lo nggak ama gue aja sih bang? Hadoh….ganteng-ganteng nggak suka cewek)
FYI kedua pemeran utama lelaki di film ini adalah pria straight. Salut banget buat totalitasnya!
-Pas nonton film ini, saya sebagai ibu jadi mikir: gimana ya cara bisa mendidik anak bisa jadi kayak Elio? Bukan masalah orientasi seksualnya, melainkan anak yang santun, cerdas, pintar, dan masih dekat dengan orang tuanya di usia puber?
-Tokoh orang tua Elio juga bikin saya salut. Gimana bisa jadi seperti mereka, ya?
-Banyak dialog yang bagus! Apalagi dialog ayahnya Elio di bagian akhir. Bikin terharu (walau nggak sampai bikin nangis sih).
-Banyak adegan dan gestur ‘sensual’ (bukan jorok) yang bikin deg-degan. Kayak foto ini…

Image result for call me by your name


Yang saya tidak suka dari film ini:
-Apa ya? Film ini standar festival, sih. Jadi kalau kurang suka dengan film alur lambat, biasanya akan bosan.
-Film ini banyak adegan bobo-bobonya. Jangan ditonton sama anak di bawah umur, ya.


Film ini saya tonton di Netflix.
Ini trailernya…

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: