Category: Movies
Genre: Horror
Rate: 3 out of 5
Film ini terdiri dari tiga buah film pendek yang saling berhubungan (walau sedikit). Enaknya gw review filmnya satu persatu aja ya. Biar adil gitu. Secara sutradara tiap film beda-beda.
Film pertama berjudul The Third Day. Di sini diceritakan mengenai Rang (Ray McDonald) seorang ketua geng motor. Ia meninggal saat mengejar pacarnya yang kabur dengan cowok lain naik motor. Di hari ketiga kematiannya, sang mantan pacar plus kekasih barunya dan teman-teman satu geng motornya hendak mencari kartu dan pin ATM Rang untuk menguras isinya. Namun sayangnya mereka terlambat mengetahui bahwa Rang telah bangkit untuk membalaskan dendamnya.
Yang gw suka dari film ini:
-Ray McDonald pemeran Rang ini cakep
Yang gw nggak suka dari film ini:
-Akting para pemainnya jelek.
-Pengambilan gambar dan cara nakutinnya jelek. Kayak filmnya Nayato Fio Nuala. Bagi yang nggak tahu Nayato Fio Nuala, nggak usah tahu deh. Itu sutradara film Indonesia kesukaan para alay.
-Jalan ceritanya lumayan ngada-ngada.
-Suara dan bahasa orang Thailand itu nggak indah ya. Maaf ya, ini memang masalah budaya dan etnografis sih. Tapi suara dan bahasa Thailand itu bikin cowok-cowok Thailand jadi nggak ada yang macho -__-
Ini foto adegannya…

(Dok. Jive! Movies)

(Dok. Jive! Movies)

(Dok. Jive! Movies)
Film kedua berjudul The Convent. Film ini menceritakan kisah cinta segitiga anak-anak asrama perempuan (iya, mereka lesbi). Berawal dari Khem (Suppanart Jittaleela) yang jadian sama Mai (Apapattara Meesang). Khem sebenarnya sudah punya pacar, tapi dia nggak tahu cara mutusin pacarnya. Dia pun ke sebuah gereja tua yang konon ada seorang hantu biarawati tanpa kepala yang dapat mengabulkan permintaan cinta seseorang. Dengan syarat, setelah keinginan kita terkabul, kita harus kembali ke gereja itu sendirian untuk memainkan sebuah lagu di piano sampai selesai. Keinginan Khem untuk putus lalu jadian dengan Mai terkabul. Namun ketika ia kembali ke gereja untuk memainkan lagu tersebut, kenapa situasinya jadi menyeramkan ya?
Yang gw suka dari film ini:
-Supparnart Jittaleela yang memerankan Khem ini kok jadi cewek ganteng banget yak? O__o
-Ide ceritanya bagus
Yang gw nggak suka dari film ini:
-Ada beberapa adegan yang sok romantis malah jadinya najong. Mungkin itu salah satu pendukung horornya sih, dalam artian najong=horor.
-Bagian yang pake efek komputernya nggak halus
Ini foto adegannya…

(Dok. Jive! Movies)

(Dok. Jive! Movies)

(Dok. Jives! Movies)
Nah kalau film ketiga berjudul The Offering. Film ini menceritakan tentang Kamod, seorang karyawan toko disuruh lembur oleh bosnya. Tahu-tahu istri bosnya, Juju (Sinjai Plengpanich), pulang dan bersikap aneh. Kamod kemudian tak sengaja baca berita online bahwa bahwa mobil istri bosnya kecelakaan, penumpang di dalamnya meninggal. Kamod yang ketakutan pun berusaha memberitahu bosnya bahwa Juju yang ada di rumahnya itu sudah meninggal.
Yang gw suka dari film ini:
-Ini film horor yang kocak. Ekspresi, spontanitas, dan dialognya kocak semua.
-Aktingnya bagus.
-Twist-nya juga bagus.
Yang gw nggak suka dari film ini:
-Endingnya agak maksa sih menurut gw.
Ini foto adegannya…

(Dok. Jive! Movies)

(Dok. Jive! Movies)

(Dok. Jive! Movies)
Kalau review secara keseluruhan film ini sih, ya… film ini bolehlah buat hiburan rame-rame nonton bareng geng lo. Tapi gw nggak menyarankan nonton yang 3D ya. Soalnya penempatan subtitle-nya jelek agak ngebayang gitu. Jadi bikin pusing. Walau sebenarnya bisa diakalin dengan nutup sebelah mata lo, sih. Tapi mendingan nonton versi biasa aja. Tokh yang versi 3D nggak berasa amat efeknya.
Film ini bisa lo tonton di Blitzmegaplex mulai tanggal 12 Februari 2014 yo.
3 tanggapan untuk “365 Tulisan 2014 #23: Review: 3AM Part 2 (3D)”
“Kayak filmnya Nayato Fio Nuala. Bagi yang nggak tahu Nayato Fio Nuala, nggak usah tahu deh. Itu sutradara film Indonesia kesukaan para alay.” ini sadis banget, tapi bener banget.. huahahaha…
Maafkan kejujuran saya ya 😀
Reblogged this on ✎ Welcome to airjyp's.