“Caring Parents”

“Caring Parents”

Kemarin sekolahnya Kriby bikin acara mentas ala-ala. Tiap kelas disuruh maju untuk joget atau nyanyi. Sekolahnya dokumentasiin acara ini via Instagram Stories. Saya tonton semua postingan mereka tentunya sambil mencari-cari tampang Kriby kesorot kamera mereka.

Di acara itu mereka juga adain tukar kado, lalu masing-masing kasih tahu apa harapannya untuk tahun depan. Sekolah Kriby pengantarnya adalah bahasa Inggris. Jadi para bocah ini menyampaikan ‘wish’ mereka untuk tahun depan dalam bahasa Inggris juga:
“I wish I will be happy all my life”.
“I wish to be smart”.
Dan masih banyak yang lainnya. Tapi saya ingat ada satu yang sangat menarik perhatian saya. Wish-nya adalah…
“I wish to have a caring parents”.

Waktu melihat postingan itu, mendadak saya mellow. Saya tidak berani menghakimi apa yang sedang terjadi di dalam keluarga anak itu. Tapi ucapan anak itu membuat saya sadar bahwa yang namanya anak umur segitu ternyata keinginan terbesarnya adalah perhatian orang tuanya. Bukan mainan, bukan duit, bukan permen, tapi ‘caring parents’.

Saya sebagai orang tua mengakui bahwa kadang suka lupa bahwa yang dibutuhkan anak itu hanya hal-hal sepele, seperti diajak ngobrol, didengarkan celotehan absurdnya, dan ditemani (being present). Soalnya kita sebagai orang tua kadang udah kadung mumet duluan ama perkara kerjaan dan tagihan. Sehingga tanpa sadar yang kita/saya anggap yang paling dibutuhkan oleh anak itu adalah uang. Uang untuk bayar sekolah, uang untuk ajak jajan di mall, uang untuk rekreasi.

Padahal si Kriby kalau diajak ke taman dan ke mall bahagianya sama sih. Akhir-akhir ini dia suka manyun kalau ke mall dan barang yang ingin dia beli nggak kita kabulkan. Tapi yang mengajarkan dia untuk konsumtif seperti itu siapa? Ya… Saya juga sih.

Bukan mengajarkan konsumtif sih, tapi saya tanpa sadar jadi terbiasa ‘membayar’ masa sibuk saya dengan membelikan dia benda-benda yang dia suka. Padahal yang anak minta itu waktu dan perhatian, kok malah yang dikasih sepatu? Anaknya senang sih dikasih sepatu. Tapi balik lagi, apa memang itu yang dia inginkan?
Ya wajar kalau akhirnya terbentuk perilaku konsumtif pada anak. Soalnya ia terbiasa kebutuhan emosionalnya diganti dengan materi. Sehingga terbentuk pola pikir kalau perasaan/emosi itu harus disumpal dengan materi agar gejolak di dalam hati terasa damai kembali.

Ya begitulah menjadi orang tua. Kita seringnya kebingungan sendiri. Dan cara tercepat untuk keluar dari kebingungan itu adalah dengan punya uang. Padahal anak-anak bisa melihat solusi dari kebingungan itu dengan jauh lebih sederhana, yaitu become a caring parent.

Comment

Krilianeh

A weirdo who managed the society to accept her for what she is.
A sushi freak.
Love to blog and tweet n’import quoi.
Often found as a girl who reads down in the middle of the crowd.
Enjoys meeting new people and listening to their life story.
Secretly like to think the unthinkable then depressed herself 😀
LOVE TO WATCH MOVIES AND REVIEW THEM (Yes, caps lock is needed)
On her 29th birthday, she got married to a very nice punk rock guy, whom often she called ‘Si Punk Rock’. ❤
A year later, she gave birth to a lovely daughter that later she called ‘Kriby’.
Then 9 years later Kriby got a sister that we called ‘Baby B’.

Let’s connect