Category: Books
Author: Eka Kurniawan
Genre: Fiction

Gw udah tahu buku ini dari pertama kali ia diterbitkan pada tahun 2002. Gw tahu judulnya doang karena udah pernah lihat di Gramedia. Tapi untuk memegang, mengambil, dan membaca sinopsisnya aja gw nggak tertarik. Kenapa tidak? Karena waktu itu cover bukunya begini nih…

Sumpah, pas gw lihat cover ini gw pikir ini adalah buku-buku sejenis Jakarta Undercovernya Moamar Emka. Perlu diketahui, pada masa itu gw beli bukunya Moamar Emka untuk menebus rasa penasaran akan kehebohan yang ditimbulkan. Tapi setelah membaca Jakarta Undercover, entah kenapa gw jadi malas membaca buku sejenis. Dan buku Cantik Itu Luka ini kena imbasnya. Betul, buku ini adalah korban ‘judge a book by it’s cover’ gw. Karena gw anaknya judgemental kayak Judge Bao.
Lalu tahun berganti tahun, gw lihat buku ini terbit lagi. Dengan cover yang membaik, tapi menurut gw masih tidak oke. Tapi cover yang baru ini cukup berhasil membuat gw jadi mau memegang, mengambil dari display, lalu membaca sinopsisnya. Hmmm, menarik. Lihat harganya….. Hapaaaah???? 99 ribu??? Taro bukunya lagi.
Sampailah Ninit muncul di WhatsApp gw. Dari obrolan ibu-ibu seputar anak, diskon, dan kabar kesehatan, Ninit kemudian merekomendasikan untuk membaca buku ini tanpa bayaran atau suruhan dari korporasi manapun. Ninit itu doyan baca buku dan sepertinya ia membaca buku ini karena ada menyangkut dengan kuliah S2 jurusan Sejarahnya (mungkin lho ya). Sejak itu gw pun memasukkan buku ini ke dalam daftar belanja buku. Harusnya gw sadar kalau buku ini diterbitkan kembali setelah sekian tahun, itu menandakan kalau buku ini layak baca. Tapi namanya gw ini perempuan, harus diyakinkan dulu baru mau lanjut. Aku capek main-main, aku maunya yang serius-serius ajah (laaaaaah, napa lu neng?)
Begitu gw membaca buku ini, gw sudah terhipnotis dari halaman pertamanya. Pembukaannya yang begitu tidak biasa. Sampai-sampai gw susah untuk mendeskripsikannya. Bisa dikatakan horor tapi kok agak lucu, dikatakan mistis tapi kok terdeskripsikan dengan realistis. Hmmm…
Seperti yang tertuang dalam sinopsisnya, buku ini menceritakan tentang Dewi Ayu seorang perempuan yang diterjunkan menjadi pelacur pada era kolonial. Ia karakter Dewi Ayu yang cantiknya memikat, tenang dan santun, membuat ia jadi pelacur yang dihormati di kotanya. Sudah menjadi risiko pekerjaannya kalau ia menjadi hamil. Ia melahirkan tiga putri yang kecantikannya sama memikat, meskipun tidak pernah diketahui siapa ayah dari masing-masing anak tersebut. Lalu sampailah ia hamil yang ke-empat kalinya. Dewi Ayu muak melahirkan anak-anak cantik ke dunia ini, ia pun berdoa agar diberi anak yang buruk rupa. Doanya terkabul, anak yang kemudian ia lahirkan wajahnya sungguh buruk sampai membuat orang ketakutan. Atau seperti yang dideskripsikan di buku ini adalah, “… sebab anak-anak akan menjerit dan menangis sepanjang hari dan orang-orang jompo akan segera demam dan mati dua hari kemudian.” (hal. 19)
Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Lebih tepatnya buku ini menceritakan apa yang terjadi sebelumnya. Baik soal kakek-nenek dan orang tua Dewi Ayu, para lelaki yang mencoba melamar Dewi Ayu, sampai ketiga anak cantik Dewi Ayu. Semuanya diceritakan dengan alur yang begitu mengalir dan membuat kita makin terhanyut dalam ceritanya. Tanpa sadar kita tenggelam dalam kerumitan hubungan antar tokoh, tapi tidak membuat kita sesak atau jengah untuk membenci kerumitannya. Karena setelah gw mengikuti serial Game Of Thrones, definisi rumit gw sudah naik level, haha!
Setelah selesai membaca buku ini, gw pun mengangguk-angguk setuju dengan segala kalimat pujian yang tertera di halaman-halaman pertamanya.
-Bahwa ada yang mengatakan bahwa ini adalah novel kelas dunia: setuju! Gw akan bangga sekali merekomendasikan buku ini ke orang-orang luar negeri yang sedang ingin membaca karya anak Indonesia. Untungnya buku ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, beberapa di antara adalah bahasa Inggris dan Jepang. Dan cover buku untuk yang versi bahasa Inggrisnya jauuuh lebih keren.
-Bahwa di buku ini segalanya ada: setuju juga! Mau cari cerita horor, humor, suspense, romansa, seks, psikopat, semuanya ada di sini.
Buku ini membuat nama Eka Kurniawan menjadi salah satu penulis favorit Indonesia gw saat ini. Gw nggak pernah menyangka nama yang begitu biasa dan awam (maaf lho bukan maksud menghina, tapi nama ‘Eka Kurniawan’ itu kalah komersil dengan nama Benjamin Kevin Alexander James, bukan?) bisa menjadi nama kesukaan gw saat ini. Gw jadi pengen membaca semua karya-karya dia. Karya selanjutnya yang gw incar adalah Lelaki Harimau.
Quote favorit gw di buku ini:
“Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada,” katanya. (hal. 127)
Pesan kepada penulis: mas, om, pak, tolong kalau ada kesempatan buku ini dibuatkan serial tivinya. Jangan dibuat film. Karena pembaca pasti kecewa lantaran begitu banyak hal yang harus dipotong dengan alasan durasi.







Tinggalkan Balasan ke Ira Kahar Batalkan balasan