Review: Buya Hamka Vol.1 (2023)

Film Buya Hamka ini dibagi dalam 3 volume karena panjang banget.

Hore! Saya diundang ke gala premierenya film Buya Hamka 9 April lalu di Epicentrum Kuningan, Jakarta. Ini adalah gala premiere teramai yang pernah saya datangi. Acaranya juga megah banget dengan semua cast & crew yang kompak pakai baju daeerah Minang. Keren lah pokoknya!

Oke, berikut review saya terkait filmnya…

Film biopik ini mengisahkan tentang kehidupan Buya Hamka ulama dan sastrawan asal Sumatera Barat. Film ini menceritakan kisah hidup Buya Hamka sedari kecil sampai dewasa, konon durasi totalnya adalah 7 jam. Sehingga terpaksa dipecah menjadi 3 volume.

Film Buya Hamka Vol.1 yang saya tonton, dibuka dengan adegan Buya Hamka (Vino G Bastian) yang sudah uzur tidur dalam penjara. Ia dibangunkan oleh petugas karena ada yang mengunginya di penjara. Ternyata istrinya, Sitti Raham (Laudya Chyntia Bella), beserta anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa datang menjenguk. Sitti Raham membawakannya gulai kepala ikan kesukaan suaminya. Buya Hamka memakannya dengan penuh haru.

Kisahnya pun berputar ke masa Buya Hamka dan Sitti Raham ketika masih muda. Anak-anak mereka masih kecil. Buya Hamka sedang berjuang menyelesaikan buku Di Bawah Lindungan Ka’bah. Keluarga Buya Hamka hidup dalam kesederhanaan. Mereka kesulitan untuk menjalankan shalat berjamaah, karena mereka hanya memiliki satu sajadah.
Karya tulis Buya Hamka semakin dikenal orang. Ia kemudian mendapat tawaran kerja sebagai pemimpin redaksi majalah Pedoman di Medan, Sumatera Utara. Namun Buya Hamka enggan karena harus berpisah dengan keluarganya. Sitti Raham pun meyakinkan Buya Hamka bahwa mereka akan baik-baik saja meskipun jarak memisahkan. Maka awal karir Buya Hamka sebagai pemimpin redaksi pun dimulai. Ia banyak menyisipkan dakwah dan kritik terhadap pemerintah kolonial selama menjabat di sana.
Tulisan-tulisan Buya Hamka membuat Soekarno (Anjasmara) yang sedang dibuang ke Bengkulu tertarik untuk kenal secara langsung. Maka berangkatlah Buya Hamka ke Bengkulu untuk bertemu Soekarno. Soekarno meminta dukungan Buya Hamka dalam perjuangannya memerdekakan Indonesia. Tentu saja Buya Hamka setuju.
Perjuangan Soekarno, Buya Hamka, dan para pejuang kemerdekaan lainnya tidak sia-sia. Akhirnya Belanda memutuskan untuk menyerah, sehingga Indonesia dapat merdeka. Tentu saja hal ini disambut gembira oleh Buya Hamka. Namun, kegembiraannya tidak berlangsung lama karena Indonesia kemudian diduduki oleh Jepang. Majalah Pedoman dibredel. Buya Hamka yang menentang pemerintahan Jepang, malah mendapat uluran persahabatan dari Gubernur Nakashima (Ferry Salim). Hal ini membuat Buya Hamka mendapat pertentangan dari rekan seorganisasi Muhammadiyah, karena dianggap pembelot.

Yang saya suka dari film ini:
+ Film ini ingin menangkap semua aspek hidup Buya Hamka, sehingga para rumah produksi rela membuat durasi yang panjang dan dipecah menjadi 3 volume untuk mewujudkan hal itu. Jarang ada film Indonesia yang niat mau menelaah seorang tokoh dari segala aspek kehidupannya kayak gini.
+ Konon ini adalah film termahal yang pernah digarap oleh rumah produksi Falcon Pictures, yaitu sebesar Rp 25 miliar. Pantesan jadi kerja bareng rumah produksi Starvision untuk bikin film ini.
+ Film ini bertabur bintang. Selain para pemain yang udah disebutkan, ada juga Reza Rahadian, Mathias Muchus, Desy Ratnasari, Marthino Lio, Donny Damara, Teuku Rifnu Wikana, dan masih banyak lainnya.
+ Rumah-rumah yang jadi set lokasinya bagus-baguuuuus. Rumah kayu jaman dulu yang banyak jendelanya, nontonnya aja terasa sejuk. Banyak set dan lokasi yang ternyata dibangun khusus untuk film ini. Pantesan biaya produksinya sampai 25 milyar ya…
+ Kostumnya lumayan akurat menangkap khas ‘Minang’nya
+ Suka banget ama posternya. Pose-pose orang di dalamnya emang keliatan jadul natural.

Yang saya kurang suka dari film ini:
– Awal adegan bahasa Minangnya VinoG. Bastian kayak logat Jepang :-/
– Musik scoringnya dominan ya… Musik scoringnya digarap oleh Purwacaraka, tapi kok terasa dominan banget ya. Tiap adegan, kalau ada hening dikit langsung masuk lagunya.
– Film Buya Hamka Vol. 1 ini menceritakan ketika Buya Hamka sudah dewasa dan menikah dengan Sitti Raham. Masa kecil dan masa muda Buya Hamka diceritakan secara terpisah di Volume 1 dan 2. Dan ini membuat penonton bingung. Saya aja yang berdarah Minang dan sudah lumayan sering mendengar prestasi Buya Hamka aja agak bingung nonton film ini. Karena kok tiba-tiba ada Mawar De Jongh di tengah-tengah muncul sekilas, dia ini berperan jadi siapa? Begitu juga dengan kemunculan Marthino Lio dan almarhum Ade Firman Hakim, mereka ini siapanya Buya Hamka?? Saya yakin kalau tokoh-tokoh mereka ini akan dijelaskan nanti di Volume 2 atau 3. Tapi sayangnya ini menimbulkan kebingungan saat menonton Volume 1.
Seharusnya film ini menceritakan kisah hidup Buya Hamka secara linier, misalnya dari masa kecil (Vol. 1), masa muda (Vol. 2), baru masa dewasa (Vol.3). Sehingga penonton tidak mengalami kebingungan. Namun saya paham, bahwa strategi Vol.1 langsung loncat ke masa dewasa Buya Hamka adalah murni untuk marketing. Karena nama besar pemain ada di periode masa dewasa semua.
Saya hanya berharap penonton non-Minang akan beneran bisa nangkep kisah hidup dan prestasi Buya Hamka setelah menonton film ini.

Rate: 3,5 out of 5

Film ini akan bisa ditonton di bioskop kesayangan kamu mulai Rabu, 19 April 2023.

Ini trailernya…

Iklan

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: