Review: Les Balles Des Folles (2021)

Melalui film Les Balles Des Folles ini saya jadi dapat perspektif baru mengenai rumah sakit jiwa.

Film ini berlatar di Perancis pada tahun 1885. Alkisah hiduplah seorang gadis dari keluarga bangsawan terhormat. Namanya Eugénie Cléry (Lou de Laâge). Dia sebenarnya anak bangsawan yang biasa-biasa aja, tapi dia punya naluri indera keenam yang nggak biasa. Dia bisa melihat hantu dan berbicara dengan mereka.
Keluarganya, terutama ayahnya yang keras, tahu soal ini. Tapi dia denial, dia menganggap kalau Eugénie ini hanya berpura-pura buat caper. Maka kemudian bapaknya menjebloskan Eugénie ke rumah sakit jiwa (RSJ) khusus perempuan biar nggak bikin malu keluarga.
Sesampainya di rumah sakit jiwa, Eugénie jadi sadar bahwa nggak semua pasien di RSJ itu punya penyakit jiwa. Bisa dibilang RSJ itu diisi sama orang-orang buangan aja. Seperti perempuan yang pernah bunuh suaminya karena selingkuh, pencopet, anak yang dibuang ibunya, dan lain-lain. Meski Eugénie akhirnya bisa berteman dengan para penghuni, tapi ia tidak pernah menceritakan indera keenamnya kepada mereka. Para dokter dan perawat menterapi dia sebagai pasien yang punya masalah halusinasi. Sampailah pada suatu hari Eugénie menarik perhatian seorang dokter perempuan bernama Genviève Gleizes (Mélanie Laurent). Eugénie ‘membaca’ semua rahasia si dokter berkat dikasih tahu oleh hantu adiknya sang dokter. Kejadian ini membuat keyakinan dokter terhadap sains jadi goyah.

Yang saya suka dari film ini:
+ Film ini memberi saya perspektif baru mengenai RSJ, terutama di era itu.
+ Film ini juga memperlihatkan kesetaraan gender di Perancis sudah lebih maju dari negara-negara lainnya di era itu. Terlihat dari tokoh dokter Genviève yang nggak dipandang oleh sebelah mata. Juga dari tokoh Eugénie yang sebenarnya mandiri.
+ Kayaknya cuma di film ini saya bisa melihat cara orang hidup di bangunan-bangunan kuno tanpa ada efek seram atau gloomy meski belum ada listrik.
+ Meski inti film ini tentang orang yang bisa melihat hantu, tapi alhamdulillah nggak ada sama sekali penampakan hantu di film ini. Jadi buat yang nggak suka nonton film horor, film ini termasuk aman.
+ Film-film Perancis tuh selalu bisa deh nyorot adegan orang telanjang tapi nggak terasa vulgar. Justru menjadi memperkuat cerita.

Yang saya kurang suka dari film ini:
– Alur awalnya agak lambat. Malah ada beberapa adegan di awal film yang nggak terlalu penting sih. Filmnya mulai seru pas di tengah-tengah.
– Mélanie Laurent di sini kelihatan udah tua. Jadi ketutup semua aura cantiknya. Tapi kayanya itu emang tuntutan peran, sih. Cuma, dari film ini saya jadi nyadar kalau sebenarnya aktingnya Mélanie itu template, yakni jadi perempuan muka lempeng aja.
– Ada satu adegan kekerasan yang saya sangat nggak suka untuk dilihat.

Rate: 3 out of 5
Film ini saya tonton di Prime Video.

Ini trailernya…


Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: