Review: His House (2020)

Film-film horor semacam His House ini terasa lebih real karena pemerannya bukan orang kulit putih.

Film ini mengisahkan tentang sepasang suami-istri asal Sudan yang melarikan diri dari perang di negara asalnya. Di perjalanan melarikan diri, putri mereka tewas. namun semua kesulitan mereka kini telah berlalu. Soalnya mereka mendapat rumah pengungsian dari pemerintah Inggris.
Rumah baru mereka cukup besar, tapi tidak terurus. Sang suami, Bol (Sope Dirisu), bertekad mau memperbaiki rumah tersebut. Namun ada kejadian-kejadian aneh di rumah itu. Terutama keanehan di balik dinding rumah mereka.
Awalnya Bol pikir kalau semua itu hanya khayalan lantaran duka mendalam karena kehilangan anaknya. Namun begitu istrinya, Rial (Wunmi Mosaku), ikut melihat dan mendengar hal-hal aneh di balik dinding rumah itu, Bol merasa ini bukan hal main-main…

Yang saya suka dari film ini:
+ Suka banget dengan latar belakang penokohan yang tidak biasa, yakni orang hitam dari negara asing. Biasanya kan film horor itu kalau nggak orang putih atau orang Asia sekalian. Dengan penokohan yang nggak biasa ini, justru bisa membangun aura seram yang lebih menggigit. Bahwa orang biasa kayak kita bisa diteror hantu. Bahwa mau pindah negara pun kalau hantunya mau ngejar, ya terima nasib aja. Bodo amat hantunya punya visa atau bisa bahasa Inggris atau nggak. Kalau hantunya mau ngejar elu, ya akan dikejar sampai dapat.
+ Suka dengan akting Sope Dirisu yang nggak banyak omong, tapi bisa menjelaskan emosinya lewat ekspresi doang.
+ Suka juga dengan Wunmi Mosaku. Matanya doi bagus banget, deh.
+ Meski ini film horor tentang rumahnya, tapi cerita perjuangan Bol dan Rial untuk adaptasi sama lingkungan di negara barunya ini juga digambarkan dengan pas. Sehingga hal itu justru menambah keputusasaan dan kesendirian Bol dalam menghadapi keanehan di rumahnya.
+ Set dan lokasinya bagus! Berantakan depresif gitu.
+ Hantu dan twist-nya nggak biasa. Mungkin karena saya nggak tahu banyak tentang budaya dan kepercayaan orang Afrika-Sudan kali, ya. Sehingga teror hantu di film ini jadi menambah pengetahuan budaya saya.
+ Endingnya bagus dan ngena banget untuk isu tentang para pengungsi.

Yang saya kurang suka dari film ini:
– Hantunya awal-awal serem. Tapi kok bisa dikalahin dengan cara begitu, ya? Katanya hantu, tapi kok bisa digituin? Hantu macam apa you!

Rate: 3,5 out of 5.
Saya nonton film ini di Netflix.

Ini trailernya…



Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: