Apa jadinya kalau kita memutuskan untuk menyusuri sungai Yangtze di Tiongkok?
Kenalin nih, namanya Ash Dykes asal North Wales, Inggris. Dia adalah seorang petualang atau explorer yang sudah tiga kali menyabet gelar rekor dunia. Salah satunya adalah sebagai orang yang berhasil treking keliling Madagascar sepanjang 2,600 kilometer pada tahun 2015. Kini ia memulai petualangan barunya: treking meyusuri Sungai Yangtze di Tiongkok yang merupakan sungai terpanjang ketiga di dunia (6,600 kilometer).
Di dokumenter ini diperlihatkan persiapan awal Ash untuk menjalankan misinya. Mulai dari belajar bahasa percakapan dasar China, peralatan apa aja yang dia bawa, sampai beli kuda untuk menemani perjalanan awalnya.

Setelah perlengkapan buat misinya udah siap, Ash pun pergi ke pegunungan Tanggula di pedataran tinggi Tibet untuk ke sumber mata air utama Sungai YangTze. Dari situlah perjalanan misi Ash menyusuri Sungai Yangtze dengan jalan kaki akan dimulai. Ash akan menelusuri sungai sampai ujung kota Shanghai dimana di situlah muara Sungai Yangtze ke lautan.

Serius jalan kaki? Iya serius banget dia. Dengan bawa tas ransel carrier seberat 30-an kg, dia telusurin tuh sungai. Selama perjalanan, banyak banget tantangan yang harus dia hadapi. Dari tantangan dari sesama manusia, seperti para guide-nya yang nggak ada yang betah karena kelelahan atau takut. Sampai tantangan dari alam yang banyak banget. Mulai dari binatang buas, hujan badai, longsor, dan masih banyak lainnya.
Yang saya suka dari film ini:
+ Ash Dykes ini sungguh inspirasional. Dari film ini saya bisa melihat bahwa faktor keberhasilan Ash bukan hanya soal kegigihan. Tapi juga soal bagaimana ia mempertahankan positive attitude dan positive mindset. Di film ini saya tidak melihat satupun komentar negatif atau satir dari Ash tentang apapun yang ia hadapi. Dia sempat tersesat, peralatannya dicuri, harus mutar jalan di gunung, numpang tidur dan makan di warga lokal, tapi dia jalanin dengan senang dan senyum terus. Positive mindset selalu bisa bikin kita mikir jernih buat bertahan hidup.


+ Ash menghabiskan waktu perjalanan ini sekitar satu tahun. Ia tidak melulu menyusuri di samping sungai aja, tapi juga mampir ke kota-kota yang dilewati sungai Yangtze. Di kota-kota itu Ash berusaha mempelajari dan memahami makna sungai Yangtze untuk warga di sana.
+ Film ini dibagi menjadi dua bagian (episode). Pembagian episode ini dibuat dengan proporsional. Bagian pertama lebih banyak menceritakan bagaimana Ash menjalani perjalanannya dan bertahan hidup di alam liar. Sedangkan di bagian kedua lebih banyak membahas tentang budaya dan warga yang ia singgahi.
+ Sebelum saya nonton film ini, Tiongkok tidak pernah masuk ke list negara yang ingin saya kunjungi. Tapi sekarang, setelah melihat Tiongkok yang direkam oleh Ash adalah negara yang indah banget, ya! Lembahnya bagus-bagus dan menyejukkan mata. Dan sungai Yangtzenya, meski di tiap daerah warna airnya bisa berbeda, tapi sungainya bersih nggak ada sampah. Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Jakarta, pemandangan sungai bersih tanpa ada sampah itu memang langka.



Yang saya kurang suka dari film ini:
– Meski kegiatan Ash mampir ke kota-kota untuk mempelajari budaya dan konservasi alam di sekitar sungai yang ia telusuri itu menarik, tapi jadi kurang memperlihatkan sisi adventurous-nya.
– Film ini agak terkesan terburu-buru untuk menceritakan perjalanan yang menghabiskan waktu satu tahun. Mungkin memang akan bosan nonton orang yang melakukan perjalanan sendirian. Tapi kalau dibuat kayak vlog harian, saya rasa akan tetap menarik untuk ditonton.
– Tidak ada keterangan waktu dan tanggal di film ini. Makanya sempat kaget begitu nonton bagian Ash ke kota Wuhan. Udah ketar-ketir aja dia ketularan Covid-19. Tapi kayaknya misi dia ini dilakukan sebelum ada virus itu merebak, sih.
Rate: 3,5 out of 5
Film ini akan tayang di channel National Geographic pada 20 (bagian 1) dan 27 Oktober (bagian 2) 2020 pukul 20:00 WIB.
Ini trailernya…
(Semua foto adalah dokumentasi dari National Geographic)