Category: Movies
Genre: Documentaries
Rate: 5 out of 5

Film dokumenter ini dibuka dengan memperlihatkan upaya Joel Sartore memotret seekor burung di dalam sebuah mini studio box yang terbuat dari kain yang beresleting. Burungnya galak. Burungnya sempat mencakar. Joel kaget, jarinya agak berdarah. Tapi sang fotografer National Geographic itu nggak ciut.
Joel malah memasukkan moncong lensanya ke dalam mini studio box. Si burung langsung mematuk-matuk lensanya. Menyadari hal itu Joel hanya berkata setengah sebal bahwa, “Ini kamera seharga 6000 dollar”.
Joel Sartore adalah kepala proyek Photo Ark garapan National Geographic. Di proyek ini diharapkan kekuatan gambar foto dari hewan-hewan dari seluruh dunia bisa menggugah dunia untuk membantu melestarikan mereka.
Khusus di Photo Ark: Rarest Creatures, Joel Sartore mengajak kita melihat usaha dia selama 15 tahun memotret hewan-hewan yang terancam punah. Dan keseluruh hewan-hewan itu difoto dengan gaya foto di studio. “Semua foto harus berlatar pure black atau pure white,” ujar Joel. Iya, semua foto tanpa terkecuali. Salah satu contohnya seperti ini…

Ada yang tahu nama hewan ini? Saya juga baru tahu kalau namanya adalah Anteater. Kalau nggak ada National Geographic pasti saya akan menjawab ini adalah hewan yang suka berbohong (karena hidungnya panjang)
Perjalanan Joel selama 15 tahun itu digambarkan dengan baik dalam dokumenter ini. Ia sempat ke Madagaskar untuk memotret Lemur. Lemur itu hewan yang ada di film animasi Madagascar itu, lho. Yang kepedean dan suka nyanyi “I like to move it…move it…” Iya, yang itu! Rupanya ada beberapa spesies Lemur tertentu yang terancam punah di alam Madagaskar.
Setelah itu kita dibawa untuk melihat upaya Joel memotret harimau di China, badak bercula di Cekoslovakia, dan burung kiwi Selandia Baru. Semuanya spesies yang terancam punah. Bahkan ada satu hewan hanya tersisa 5 ekor di dunia. Rasanya tiap dengar ‘hewan terancam punah’ Joel langsung menghampiri untuk memotret mereka. “I know some of my photograph is going to make a difference,” kata Joel. Dan dia benar.
Yang saya suka dari film ini:
+ Joel bukan hanya seorang fotografer, tapi juga seorang host yang baik. Penjelasannya terdengar ringan, sederhana, namun penuh info.
+Hasil fotonya Joel keren-keren parah! Nih lihat beberapa contohnya…

(Foto: National Geographic)

Joel Sartore bilang kalau dia memang suka hasil foto hewan yang matanya menatap kamera. Biar manusia biar tergugah saat melihat mereka.
(Foto: National Geographic)

Tikus? Salah.
Musang? Salah.
Ini adalah bentuk aslinya Tasmanian Devil. Iya, beginilah rupanya.
(Foto: National Geographic)

Joel Sartore juga banyak berhasil mengambil foto hewan yang ekspresinya kayak manusia. Salah satunya foto Snow Leopard ini.
Ekspresinya mengingatkan akan diri saya saat melihat anak naik ke tempat tinggi dan berbahaya terus teriak bangga, “Bunda, lihat aku di sini”. Ibu-ibu pasti tahu perasaan perut keaduk itu kayak apa.
+ Film dokumenter ini tidak membosankan sama sekali. Anak saya, Kriby (5 tahun), aja bisa anteng ikutan nonton. Terlebih foto-fotonya bagus banget!
+ Saya menyarankan film ini ditonton oleh fotografer atau kalian yang menyukai fotografi. Kita jadi bisa melihat bagaimana tidak rewelnya Joel saat memotret hewan. Joel sabar dan pantang menyerah banget buat dapatin foto sempurnanya. Oh, dan kalian haru lihat usaha Jole motret harimau di kandangnya langsung dan trik dia bisa punya background yang sesuai.
+ Joel mengakui bahwa ia sering berpergian demi memotret hewan. Ia banyak mengorbankan waktu dengan keluarganya demi pekerjaannya ini. Ketika ditanya apakah ia lebih memilih motret hewan atau menghabiskan waktu sama keluarganya, jawaban dia bikin haru.
Yang saya kurang suka dari film ini:
-Filmnya kurang lama. Cuma 45-an menit. Tahu-tahu udah abis aja, hahaha
Film dokumenter ini bisa kamu tonton di chanel National Geographic pada Hari Bumi Sedunia 22 April 2020 pukul 19:00 WIB.