Waktu itu saya coba masak sup rumput laut Korea atau yang biasa disebut dengan Miyeok-guk.

Si Punk Rock mencoba. Reaksi pertama dia, “Amis…”.
“Masa, sih?” kata saya. Memang agak bau air laut sih dari rumput lautnya. Mungkin bagi beberapa orang bau laut itu kayak amis.
Tapi Si Punk Rock nggak menjawab apa-apa lagi. Dia teruskan makan sampai semangkok penuh yang saya hidangkan buat dia habis.
Setelah dia makan, Si Punk Rock berkata, “Kamu memang kayaknya dulu itu terlahir sebagai kucing. Sukanya yang amis-amis. Sushi lah, tuna kaleng lah, sekarang sup bau amis.”
“Emang amis banget, ya? Aku sih nggak ngerasa amis…”
“Makanya kamu kayak kucing”.
“Tapi kok kamu makannya abis?”
“Because I love you”.
“Alah…Padahal terpaksa karena nggak ada makanan lain, tuh”.
“Nggak. Because I love you,” katanya mempertegas ucapan sebelumnya.
Yes, I know. And thank you for keep on loving me. Sebagai gantinya, mulai sekarang saya nggak akan masak Miyeok-guk lagi. Kenapa? Because I love you too, Si Punk Rock.