Perjalanan, Bukan Pengorbanan

Kemarin dengar ceramah pengajian ibu-ibu via toa masjid. Si ibu-ibu penceramahnya bilang…

“Yang namanya hidup harus berkorban. Kayak kita jadi ibu, kita berkorban tenaga dan waktu, sampai lupa urus diri, lupa dandan.

Begitu anak udah gede dan bisa urus diri sendiri, kita mau dandan eh udah peyot. Mau didandanin kayak gimana juga, tetap aja peyotnya keliatan. Ya itulah namanya berkorban.”

Bener juga sih…

Saya akhir-akhir ini belanja skin care lebih banyak dari biasanya. Biasanya malas maskeran, sekarang tiap mampir toko kosmetik, pasti nenteng satu sheet mask.

Lagi trend micellar water, beli!

Lagi banyak review bagus soal face mist, beli!

Dari dulu saya memang suka kosmetik sih, tapi dulu nggak kesetanan kayak sekarang.

Kalau dipikir-pikir, ya kayaknya saya “kurang menerima” penuaan yang terlihat jelas dari muka saya.

Dulu nggak punya kantung mata, sekarang nempel terus tuh kantong kayak daki.

Dulu pake cukup pake satu pelembab udah keliatan seger. Sekarang sebelum keluar rumah minimal harus pakai empat macam krim (essence-serum-moisturizer-sunblock).

Dulu pakai lipstik dan eyeliner doang ke kondangan udah manglingi banget. Sekarang pake full make up pake belajar contouring segala, hasilnya malah bikin orang pangling yang nggak ngenalin “Krili, what happen to your face?”

THIS IS MAKE UP, MADER FADER!

Tapi ya, emang umur bertambah. Metabolisme, stamina, pola makan, pola tidur, pola pikir, pola hidup semua berubah. Sejak punya anak, tanpa sadar saya jadi orang yang pertama kali bangun sekaligus yang tidur paling akhir di rumah. Saya lebih banyak memperhatikan muka anak saya ketimbang melihat wajah sendiri kaca. Tubuh pun menua.

Inilah yang dimaksud oleh ibu-ibu penceramah itu. Pengorbanan.

Tapi saya teringat omongan Ari Sihasale ketika ditanya gimana rasanya harus berkorban demi cinta?—–>berhubungan dengan kisah asmaranya dengan Nia Zulkarnaen.

Jawaban dia: jangan berkorban. Lakuin aja, jangan dirasa sebagai pengorbanan.

Intinya dia nggak menghitung pengorbanannya. Dia lakuin semuanya dengan ikhlas, akhirnya si pegorbanan itu rasanya jadi sebuah perjalanan aja.

Seperti saya yang sedang sebuah perjalanan atau petualangan dalam membesarkan anak dengan baik. Ini pengorbanan perjalanan. Dalam perjalanan ini saya menua. Kulit wajah saya tidak akan kembali muda. Tapi nggak apa-apa. Karena memang saya sudah melewati masa muda saya. Sekarang saatnya mempersiapkan anak saya untuk menjalani masa mudanya dengan baik.

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: