Review: The Age Of Innocence

Category: Movies

Genre: Drama

Rate: 3,5 out of 5

Film yang diangkat dari novel karangan Edith Wharton ini mengisahkan tentang pergolakan batin Newland Archer (Daniel Day-Lewis). Ia adalah seorang ‘bangsawan’ muda Amerika yang telah bertunangan dengan si cantik May Welland (Winona Ryder). Di tengah-tengah kebahagiaannya itu ia bertemu lagi dengan cinta pertamanya, Countess Ellen Olenska (Michelle Pfeiffer), yang tak lain adalah sepupunya May sendiri.

Countess Ellen Olenska telah menikah dengan seorang bangsawan berkebangsaan Polandia. Namun rumah tangganya diambang keretakan karena ketidaksetiaan suaminya. Maka dari itu Countess Ellen Olenska memutuskan untuk pulang ke New York, Amerika dan mengurus perceraiannya. Tetapi pada masa itu (tahun 1870) perempuan yang bercerai dianggap skandal yang membawa aib untuk keluarga. Maka Countess Ellen Olenska memutuskan untuk menangguhkan perceraiannya agar May, sepupu kesayangannya, tidak diterpa aib oleh keputusannya. Hal ini membawa dilema tingkat tinggi untuk Newland. Ia mencintai Countess Ellen Olenska, namun tidak dapat keluar dari kungkungan ‘nama baik’ kelas atas Amerika.

 

Yang saya suka dari film ini:

-YA ALLAH, RAHMATILAH DANIEL DAY-LEWIS UNTUK KEGANTENGAN DAN KEAPIKAN AKTINGNYA. Di film ini kita lebih banyak melihat muka Newland yang jaim, namun kita dapat melihat kesedihan dari wajahnya yang lempeng itu. Entah bagaimana saya yakin penonton perempuan akan merasa iri dengan rasa cinta Newland yang begitu besar terhadap Countess Ellen Olenska. Long live Sir Daniel Day-Lewis!

-Winona Ryder cantik bangeeeeeet. Sangat cocok dengan perannya si gadis polos nan baik hati.

-Film ini diangkat dari novel yang diterbitkan pada tahun 1920. Ceritanya agak rumit karena keruwetan menjaga image orang kelas atas zaman dulu. Meskipun begitu, kisah nelangsa dilema cinta yang dihadapi Newland ini masih relevan sampai zaman sekarang. Sedihnya hidup dalam kepura-puraan. Mencintai tapi tidak bisa memiliki. Banyak adegan yang bikin kita ikut larut dalam kesedihan secara perlahan, lalu kenelangsaan itu meledak di akhir film.

-Gambarnya bagus, digarap dengan sangat baik oleh Martin Scorsese.

-Set dan lokasinya niat!

-Kritik halus yang dipaparkan di bukunya tentang kehidupan elit kelas atas Amerika pada masa itu terjelaskan dengan baik.

-Ada beberapa adegan cinta menggebu yang berhasil bikin kita agak sesak nafas, padahal adegannya nggak vulgar.

 

Yang saya tidak suka dari film ini:

-Michelle Pfeifer kurang pas membawakan tokoh Countes Ellen Olenska yang digandrungi banyak pria. Rambutnya juga ganggu.

-Cerita jaga image zaman old ini ribet amat, yak. Jadi di tengah-tengah film agak bosan gimana gitu.

 

Ini trailernya…

 

2 tanggapan untuk “Review: The Age Of Innocence”

    • Iya, saya sendiri berambut keriting. Nah, rambut keriting Michelle Pfeifer di film ini sih sesuai dengan trend ada zaman itu ya. Tapi kita di zaman now agak kurang paham letak cantiknya di mana. Malah rasanya gatel pengen ngerapihin.

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: