Iri

Saya dinasehati ketika saya bilang iri terhadap teman-teman yang masih bekerja dan mengukir prestasi, sementara saya di rumah mengurus anak…

“Yang kamu rasain saat ini (ngurus anak di rumah) adalah melihat anak kamu di golden age-nya. Momen itu akan hilang ketika anak kamu udah menginjak usia dua tahun.

Selama ini orang hanya mengukur kebahagian melalui materi. Seperti ‘udah punya rumah di mana’, ‘mobilnya apa’, padahal pas kamu punya semua itu nggak jaminan juga kamu akan bahagia.

Saya hasil nyicil-nyicil jadi bisa punya kendaraan roda empat. Tapi yang saya dapat apa? Tiap keluar rumah, udah macet. Saya jadi stres di jalan. Kalau kayak begini, mendingan saya tinggal di gunung dan nggak punya apa-apa! Yang penting nggak stres.

Istri saya kerja, walaupun sebenarnya saya lebih suka dia di rumah bersama anak. Tapi mau bagaimana? Biaya hidup di kota besar ini mahal. Ya mau nggak mau dia harus kerja.

Karena saya merasa bahwa waktu saya bersama anak itu sangat kurang, saya sampai bikin perjanjian sama anak-anak saya, ‘Sampai besar nanti kita tetap temenan (tidak bertengkar atau bermusuhan) ya. Sampai aku mati, kita tetap temenan ya’. Itu adalah perjanjian yang paling mengena di hati dan di hidup saya.”

-Agung, cameraman Kompas TV, berambut putih-

View on Path

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: