Gimana Dis, rasanya jadi ibu?
Beberapa bulan setelah melahirkan Kriby, lumayan banyak juga gw mendapat pertanyaan kayak gitu. Selain itu ada pertanyaan semacam, “Gile, kok lo bisa ya jadi ibu?” dan “Kok lo sekarang kurusan, sih?“, juga pertanyaan “Lo nggak mau cari kerja lagi, Dis?”
Begitu mendapat pertanyaan itu, gw biasanya menjawab dengan senyuman aja. Soalnya senyum gw kan manis. Heh! Biasa aja dong, nggak usah belaga muntah gitu deh.
Tapi lama-kelamaan karena lumayan banyak yang nanya begitu, gw pun jadi mikir dalam-dalam. Apa sih rasanya menjadi ibu?
Butuh waktu cukup lama untuk mencari jawaban yang tepat untuk pertayaan tersebut. Walaupun nggak selama gw menemukan jodoh sih. *ndusel-ndusel ke Si Punk Rock*
Lalu setelah meneliti dan menelaah, akhirnya saya menyimpulkan bahwa menjadi ibu itu adalah selalu merasa khawatir. Iya, rasanya itulah jawaban yang paling tepat menurut gw.
Gw yang dulu (sebelum menjadi ibu) itu orangnya nggak panikan dan nggak khawatiran. Sekarang juga nggak ‘terlihat’ panikan atau khawatiran, sih. Tapi gw akui kalau gw diam-diam gampang khawatiran dan berusaha tingkat tinggi untuk nggak panik.
Apa yang gw khawatirkan?
BUANYAK. Seperti…
-Anak gw batuk kecil, gw khawatir dia alergi debu.
-Anak gw bersin, gw khawatir dia kena flu burung.
-Anak gw rambutnya belum numbuh banyak, gw khawatir dia mengalami krisis pede pas remaja nanti.
-Anak gw demam, gw khawatirnya bisa macam-macam. Lo sebut aja deh, pasti udah pernah gw sangkut-sangkutin sebagai sumber demam. Sampai harga gas elpiji naik juga bisa gw sangkutin dengan demam anak gw.
Itu baru kekhawatiran yang bersumber dari tingkah laku si anak ya. Belum soal kekhawatiran yang bersumber dari gw atau orang yang berinteraksi dengan anak gw. Misalnya…
-Orang yang cubit-cubit gemes Kriby ini tadi udah cuci tangan belum ya? Dia tadi abis megang apa aja?
-Tadi gw nggak sempat sterilin alat makan Kriby. Kalau gw pake langsung tanpa disteril, dia akan sakit nggak ya?
-Tadi ada orang batuk dekat Kriby. Aduh dia batuk kenapa ya? TBC kah? Atau jangan-jangan meningitis?? Anak gw nanti ketularan nggak ya???
-Orang itu kenapa ngeliatin Kriby kayak gitu amat? Jangan-jangan dia child predator? Kalau ampe dia sentuh Kriby, gw timpa kelaminnya pake bola bowling!
Gw tahu pasti pembaca semua akan bilang pemikiran / kekhawatiran gw itu tadi lebay. Tapi memang begitulah seorang ibu. Kalau lo nggak percaya, coba lo ingat-ingat emak lo. Lo pasti pernah kena sasaran omel atau berondongan petanyaan lebay dari emak lo karena doi khawatir ama lo kan? Pasti deeeeh! Udah ngaku ajaaa, Ndroo!
Ya begitulah rasanya jadi ibu. Selain lo capek fisik karena ngurus anak, lo ternyata juga capek psikis karena rasa khawatir itu terus-menerus mode on.
Tapi di balik rasa khawatir yang hadir secara konsisten itu, ternyata Tuhan juga memberi penawarnya. Yaitu rasa bahagia. Yoi, dengan menjadi ibu lo jadi gampang bahagia. Dan yang bikin lo bahagia itu adalah hal-hal kecil yang nggak penting. Misalnya…
-Anak lo senyum

-Anak lo ketawa-ketawa pas becanda sama lo
-Anak lo pup setelah dua hari cuma pipis doang
-Anak lo bisa keahlian baru, entah itu cuma sekadar bilang ‘eh’, main ludah, atau pun bisa menggapai barang yang dipancing ke arah dia.

-Anak lo nafas normal lagi setelah keselek air.
-Anak lo bisa nafas bebas setelah upilnya berhasil lo ambil pakai cotton bud. (Gw belum pernah sebahagia itu megang upil. Gw jadi benar-benar bisa meresapi lirik lagu We Are The Champion dari Queen setelah megang upil Kriby)
-Anak lo tidur pulas setelah sebelumnya nangis rewel

-Anak lo pas difoto mukanya kocak

-Anak lo megang-megang pipi lo, dan masih banyak lainnya.
Jadi gimana sih rasanya menjadi ibu? Ya begitulah 🙂 *kasih senyum lebih manis lagi sampai diabetes*
Satu tanggapan untuk “Menjadi Ibu Itu…”
❤