Harusnya gw bisa posting blog ini lebih awal. Namun apa daya ada masalah dengan modem yang membuat koneksi internet byar-pet. Makanya baru sekarang deh bisa posting di saat acaranya udah selesai. Huft… Udah keburu ganti tahun pula! *gebrak meja tanda penyesalan yang mendalam*
Jadi, alkisah seorang cewek manis dan suaminya yang merupakan seorang anak punk pengen jalan-jalan. Suaminya yang biasa ia panggil dengan sebutan Si Punk Rock pun mengajaknya melihat pembukaan pameran Jakarta 32 di Kota Tua. Berangkatlah mereka memboyong si bayi yang bernama Aruna a.k.a Kriby. Perjalanan itu menjadi tamasya pertama Kriby naik Transjakarta, sekaligus penggunaan e-ticket busway untuk perdana untuk gw dan Si Punk Rock. Iya, cewek manis yang dimaksud itu adalah gw ufufufu…. *tersipu-sipu*

Sesampainya di Kota Tua, kami pun ke Historia Food & Bar untuk melihat-lihat pameran seni yang ada.
FYI, Jakarta 32 ini adalah agenda dua tahunan dari Ruang Rupa (Ruru). Di Jakarta 32 dipamerkan karya seni dari mahasiswa listas disiplin ilmu. Dan karya mereka biasanya luar biasa kreatif lho.
Biasanya sih Jakarta 32 diadakan di Galeri Nasional, namun tahun ini mereka mengadakannya di beberapa gedung yang ada di Kota Tua, antara lain cafe Historia Food & Bar, cafe Kedai Seni Djakarte, dan Gedoeng Jasindo.
Inilah beberapa karya seni yang menarik perhatian gw….

Sesuai dengan judulnya, Sakinah Alatas memamerkan benda-benda yang biasanya menjadi peninggalan orang yang telah tiada. Dalam hal ini sepertinya ia menspesifikkan kepada mereka yang berasal dari etnis Tiong Hoa yang memasang pengumuman di koran tentang kepergian anggota keluarga mereka.

Karya Tulus VJK Hutadjulu ini mengumpulkan kondom (yang gw nggak tahu bekas atau nggak. Mudah-mudahan sih bukan bekas, iyuuh) dan beberapa benda lain yang identik dengan kegiatan selama berhubungan seksual. Tentu saja benda-benda seperti ini selalu menarik perhatian!

Nah kalau karya yang satu ini lumayan unik, nih. Mereka melakukan exchange atau menukar plang-plang yang udah jelek dengan yang baru. Kebetulan gw sempat ngobrol dengan salah satu pembuat proyek ini (tapi gw nggak tahu yang mana. Soalnya pas ngobrol gw lupa nanya namanya -__-!). Hal pertama yang gw tanyakan ke dia adalah, “lo nggak nyolong semua plang ini kan?” Dia pun menyanggah tanpa menutupi rasa kagetnya akan pertanyaan gw yang sangat menuju titik alias to the point. Dia pun bercerita bahwa dia memang menyasar plang-plang yang udah jelek. Lalu ia minta izin kepada yang punya untuk ditukar dengan yang baru. Yang mengejutkan ternyata banyak yang justru tidak mau. “Banyak yang bilang kalau plang itu mereka bawa dari kampung, makanya mereka enggan untuk ditukar walaupun dengan yang lebih bagus sekalipun,” jelas sang punya karya.

Yang uniknya, plang yang berhasil mereka tukarkan bisa dilihat asalnya via Google Maps. Jadi tim seniman ini mencatat lokasi tiap plang. Para pengunjung bisa langsung tahu asal masing-masing plang melalui layar LCD yang disediakan persis di sampingnya. Menarik!

Karya Revli Pradana ini juga menarik. Semacam ramalan acak gitu. Jadi kami para pengunjung disuruh mengambil tiga kartu yang ada di sana. Konon ketiga kartu itu semacam ramalan masa depan sang pengambil. Bener atau nggak-nya sih, nggak tahu ya. Tapi buat lucu-lucuan mah ini seru banget.
Dan inilah ketiga kartu yang berhasil gw dapatkan. Bagian banyak rezekinya itu mari kita amienkan bersama ya. Amiiiiiiiieeeeen!

Sekian cerita jalan-jalan gw. Insya Allah gw akan datang di perhelatan Jakarta 32 selanjutnya.