Gw punya keponakan berumur 4 tahun, namanya Gana. Dia ini pecicilan abis. Nggak bisa diem dan suka nakal buat nyari perhatian.
Namun berbeda dengan anak-anak lain, dia suka banget mandi.
Nah, kemarin pas dia gw lagi pulang ke rumah Papa di Bekasi, gw melihat sebuah kejadian yang membuat gw berpikir tentang keponakan gw yang satu ini.
Begini ceritanya…
Pada sore itu, adik gw si Agam yang kini jam tidurnya bagai vampir karena kerjanya shift malam, tumben-tumbenan udah bangun dari siang. Setelah makan dan nonton TV bentar, dia pun mengambil handuk untuk siap-siap mandi. Melihat hal itu, Gana pun mengambil handuknya dan minta mandi bersama Agam.
“Angkaw (maksudnya ‘uncle’, tapi lidah Gana masih cadel. Agam memang maunya dipanggil ‘uncle’ sama keponakannya. Sok bule ya si Agam. Beginilah kalau masa kecilnya Agam kebanyakan dicekokin sinetron Tersanjung sehingga ngefans sama Feby Febiola sang pemeran Tante Amerikah), Gana ikut mandi ya?”
“Nggak boleh,” jawab Agam dengan singkat, padat, dan jelas bagai balasan Whatsapp orang yang malas ngetik.
“Gana ikut mandi ya, Angkaw,” pinta Gana keukeuh. Gana anaknya emang cukup pantang menyerah. Secara dia cucu pertama yang apa-apa diturutin, jadi dia tidak terbiasa dengan penolakan. Semoga kau nanti kalau sudah besar bisa menghadapi kenyataan yang namanya ditolak cewek dengan hati yang lapang ya, nak. Tante doakan, amien.
“Nggak. Gana kalau mandi suka nyembur-nyembur dan ngeludahin Uncle.”
Gana terdiam. Dia bingung. Dia tahu kalau apa yang Agam bilang itu benar dan percuma membantah. Tapi dia tetap berdiri di hadapan Agam tanda tidak menyerah.
Melihat hal itu, maka selayaknya kakak yang bijak dan tante yang baik hati bagai Ibu Peri (terinspirasi sinetron Bidadari), gw pun mencoba menengahi.
“Gana kalau ikut mandi sama Uncle nanti nyembur-nyembur nggak?” tanya gw dengan lemah lembut ala Mamanya Rafii Ahmad.
Gana diam aja. Sepertinya dia tetap punya keinginan untuk nyembur-nyembur, karena bagi dia itu seru.
“Gana kalau mau mandi sama Uncle nggak boleh nyembur-nyembur air, ya?”
“Iyah,” akhirnya Gana menjawab.
“Nggak boleh ngeludahin air ke Uncle, ya?”
“Iyah.”
“Janji ya?”
“Iyah.”
“Tuh Uncle, Gananya udah janji tuh nggak nyembur dan ngeludahin air lagi,” jelas gw menyelesaikan masalah.
“Ya udah, sini sayang dan peluk Uncle dulu,” kata Agam sambil jongkok dan merentangkan tangannya untu meluk Gana.
Agam pun menggiring Gana yang menenteng handuk ke kamar mandi. Tinggallah gw sendiri yang bangga akan prestasi gw menyelesaikan masalah dengan kelembutan *cium rambut sendiri ala iklan S*nsilk*.
Tapi nggak berapa lama kemudian, Agam muncul lagi dengan muka cemberut. Dia masih berpaakaian lengkap. Sepertinya dia ingin memandikan Gana lebih dahulu.
“Tau nggak kak, Agam memang nggak disembur dan nggak diludahin air. Tapi barusan Agam dikencingin!”
Pertanyaan dari kejadian ini:
Apakah Gana itu pintar atau licik?
Satu tanggapan untuk “365 Tulisan 2014 #52: Pintar atau Licik?”
Gana itu pintar, kan dia janji gak meludah dan nyembur2 air. tapi kan dia gak janji gak ngencingin Agam :p