365 Tulisan 2014 #28: Umroh

Hola!

Jadi apa kabar proyek 365 Tulisan 2014 gw? Kabarnya tersendat-sendat.

Kenapa tersendat-sendat? Karena gw sibuk.

Aaaah bohong! Kalau sibuk kenapa masih sempat main Twitter, Path, dan abuse Stumbleupon.com? Percayalah padaku…

Gimana mau percaya kalau kamu bohongin aku terus? Aku nggak bohong sayaaaaaang!

(Ini kenapa tadinya monolog terus berubah jadi dialog berantem ala orang pacaran gini sih?)

Tapi beneran, gw akhir-akhir ini sibuk. Lebih tepatnya sibuk persiapan dan kemudian umroh. Bagaimanakah perjalanan umroh saya? Simak foto-fotonya pemirsah…

Ini gw dan Si Punk Rock waktu di bandara Soekarno-Hatta pas hari keberangkatan.  Kami berangkat umroh pada tanggal 13 Februari malam, naik Kuwait Airways. Baju merah batik yang kami pakai itu seragam dari turnya (keliatan nggak?)
Ini gw dan Si Punk Rock waktu di bandara Soekarno-Hatta pas hari keberangkatan.
Kami berangkat umroh pada tanggal 13 Februari malam, naik Kuwait Airways.
Baju merah batik yang kami pakai itu seragam dari turnya (keliatan nggak?)

Madinah-Mesjid Nabawi

Rute umroh kami adalah ke Madinah, Arab Saudi baru ke Mekah. Di Madinah kami menginap sekitar empat hari.
Madinah itu ternyata dingin. Kotanya rapi dan bersih.

Pedagangnya masih berjualan ala tradisional alias teriak-teriak buat manggil pelanggan. Hampir semua pedagangnya bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit (ini artinya orang Indonesia kalau ke sana belanja gila juga ya?) Harga belanjaan yang mereka patok bisa ditawar semua, tapi biasanya mereka kasih harga yang nggak terlalu jauh untuk ditawar. Makanya gw sempat dikatain ‘bakhil’ ama pedagang Arab pas coba nawar ala orang Indonesia alias setengah harga dari harga aslinya.

Mesjid Nabawi itu guedeeeeeeeeee, rapi, dan bersih. Gw kagum dengan luasnya ni mesjid. Ada kali empat kali lebih besar dari lapangan bola, mungkin lebih malah.

Tapi walau segitu gedenya, tetap aja pas ke Rawdah desak-desakan. Kepala gw sampai ditendang segala ama orang pas sujud. FYI, Rawdah itu adalah tempat dekat kuburan Rasulullah SAW. Di sana ada sebuah mimbar tempat Rasulullah SAW biasanya khotbah. Dipercaya kalau kita solat dan berdoa disitu, nanti doa kita akan di-ijabah (dikabulkan). Makanya tempat itu selalu ruame! Yang tempat untuk lelaki dibuka 24 jam. Kalau tempat untuk perempuan hanya dibuka pada jam-jam tertentu. Mungkin karena dibukanya hanya pada jam-jam terbatas, makanya cewek-cewek itu pada beringas pas masuk Rawdah (beneran deh, mau ibu-ibu kek, nenek-nenek kek, beringas semua). Gw aja akhirnya bisa solat setelah dijagain sama Bu Irma dan dan Nenek Aminah (teman jamaah gw juga dan akhirnya kami jadi berteman baik setelah pulang dari Rawdah). Mereka pegangan tangan ngelingkarin gw, bikin pagar betis biar gw bisa solat di Rawdah. Pas sujud terakhir, gw ampe nangis terharu sama kebaikan mereka (dan dicampur nangis kesakitan karena kepala gw ditendang orang sih).

Rute umroh kami adalah ke Madinah, Arab Saudi baru ke Mekah. Di Madinah kami menginap sekitar empat hari.  Madinah itu ternyata dingin. Kotanya rapi dan bersih.  Hotel tempat kami menginap cukup dekat sama Mesjid Nabawi. Ini pemandangan halaman Mesjid Nabawi pas subuh.

Hotel tempat kami menginap cukup dekat sama Mesjid Nabawi. Ini pemandangan halaman Mesjid Nabawi pas subuh.
Ini pemandangan tempat yang sama kala siang
Ini pemandangan tempat yang sama kala siang
Kalau nggak dapat solat di dalam mesjid, kami solat di pelatarannya. Dengan dinaungi payung otomatis ini. Teduuuh banget!
Kalau nggak dapat solat di dalam mesjid, kami solat di pelatarannya. Dengan dinaungi payung otomatis ini. Teduuuh banget!
Kalau malam, payungnya otomatis nutup sendiri. Dan mereka berubah jadi seperti tiang kokoh biasa.  Gw salut dengan orang Arab Saudi yang memang menggunakan segala duit yang mereka punya untuk membangun kota terutama mesjid bersejarah biar para jamaah yang datang (dari berbagai belahan dunia) merasa nyaman.
Kalau malam, payungnya otomatis nutup sendiri. Dan mereka berubah jadi seperti tiang kokoh biasa.
Gw salut dengan orang Arab Saudi yang memang menggunakan segala duit yang mereka punya untuk membangun kota terutama mesjid bersejarah biar para jamaah yang datang (dari berbagai belahan dunia) merasa nyaman.

 

Ini interiornya Mesjid Nabawi
Ini interiornya Mesjid Nabawi

 

Mekkah

Telah sampailah kita pada waktunya untuk pindah ke Mekkah. Dari Madinah ke Mekkah itu jaraknya 5 jam naik bis (apa kabar Rasulullah SAW dulu naik onta ke sana ya? Subhanallah!).

Mekkah kotanya panas dan gersang. Gw jadi ngerti kenapa cewek-ceweknya pakai jilbab-gamis gede-gede, cadar, dan rata-rata warna hitam. Soalnya panasnya itu nyengat. Kalau panas di Indonesia itu lembab, jadi kita akan mengeluarkan keringat pas kepanasan. Sedangkan di sana kagak! Kita menghindari banget kulit kena terpaan sinar matahari secara langsung karena rasanya lumayan nyesss. Dan cewek-cewek sana pakai cadar karena debunya lumayan, apalagi sekitaran Masjidil Haram lagi banyak pembangunan. Jadi debu asap plus debu pasir lumayan dah. Lalu kenapa harus baju gamis berwarna hitam? Soalnya baju hitam susah kelihatan kotor. Pas di Masjidil Haram, susah banget dapat solat di dalam. Biasanya kita solat melantai di luar. Dan cuaca di Mekkah bikin pelataran mesjid nggak sebersih mesjid Nabawi. Jadi seperti gw yang pakai baju serba putih, dalam selang waktu dua jam di sana, jadi broken white-lah baju saya.

Ini Si Punk Rock dan saya pas di bis menuju Mekah. Kalau udah ambil niat (miqot), para lelaki harus pakai baju ihram, para perempuan harus menutup auratnya rapat-rapat. Nggak boleh sehelai rambut pun yang kelihatan, atau nggak umrohnya nggak sah.
Ini Si Punk Rock dan saya pas di bis menuju Mekah. Kalau udah ambil niat (miqot), para lelaki harus pakai baju ihram, para perempuan harus menutup auratnya rapat-rapat. Nggak boleh sehelai rambut pun yang kelihatan, kalau nggak umrohnya nggak sah.

 

Ini gw dan Si Punk Rock abis tawaf dan sa'i. Pas tawaf gw masih kuat jalan. Tapi pas sa'i kedua (harus 7 kali), gw mulai lemes. Gw dan Si Punk Rock pun melipir keluar buat pinjam kursi roda. Gratis. Alhamdulillah gw punya suami yang baik banget :-*
Ini gw dan Si Punk Rock abis tawaf dan sa’i. Pas tawaf gw masih kuat jalan. Tapi pas sa’i kedua (harus 7 kali), gw mulai lemes. Gw dan Si Punk Rock pun melipir keluar buat pinjam kursi roda. Gratis.
Alhamdulillah gw punya suami yang baik banget :-*

 

Beberapa hari kemudian kami diajak city tour ke Jabal Tsur (gunung tempat Rasulullah sembunyi sebelum hijrah), lalu ke Jabal Rahmah ini. Ini adalah tempatnya Nabi Adam SAW dan Siti Hawa bertemu.  Di sini banyak orang tulisin nama mereka dengan pasangannya. Dengan harapan hubungan mereka akan langgeng.  Di sini juga gw melihat ada cowok Indonesia doa depan Jabal Rahmah sampe nangis-nangis. Kayaknya dia pernah cinta banget sama seseorang...
Beberapa hari kemudian kami diajak city tour ke Jabal Tsur (gunung tempat Rasulullah sembunyi sebelum hijrah), lalu ke Jabal Rahmah ini. (Gw kayak ninja ya). Ini adalah tempatnya Nabi Adam SAW dan Siti Hawa bertemu.
Di sini banyak orang tulisin nama mereka dengan pasangannya. Dengan harapan hubungan mereka akan langgeng.
Di sini juga gw melihat ada cowok Indonesia doa depan Jabal Rahmah sampe nangis-nangis. Kayaknya dia pernah cinta banget sama seseorang…

 

Ini gw dan Si Punk Rock pas selesai tawaf wada (tawaf perpisahan). Kami tawaf abis isya dan gw lagi-lagi pakai kursi roda. Makanya tawafnya di atas.
Ini gw dan Si Punk Rock pas selesai tawaf wada (tawaf perpisahan). Kami tawaf abis isya dan gw lagi-lagi pakai kursi roda. Makanya tawafnya di atas.

 

Next blog: (Diminta dihapus)

 

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: