(Repost dari blog yang lama: 26 Februari 2011)
“Pa, aku mau cerita, nih. Tapi Papa nggak boleh bilang ke siapa-siapa ya,” kata gw di suatu makan siang pada hari Sabtu.
“Cerita apa?” tanya Papa.
“Tapi janji ya nggak boleh bilang ke siapa-siapa?”
“Iya.”
“Nggak boleh cerita ke Te’ta, Te’ra, Te’yul (singkatan panggilan utk tante-tante gw dalam bahasa Minang) dan semua keluarga Papa,” tegas gw.
“He-eh.”
“Sumpah demi Allah ya?”
“Tunggu dulu, kalau gitu ada batas waktunya nggak nih?” tanya Papa.
“Batas waktu kayak gimana?”
“Kalau di CIA itu kan dalam batas waktu 30 tahun, sebuah kasus itu udah tidak perlu dirahasiakan lagi. Jadi ada batas waktunya nggak, nih?”
“Nggak ada dong. Kan namanya juga rahasia.”
“Lho,kok begitu? CIA aja ada batas waktunya!”
“Ya udah kalau gitu batas waktunya 30 tahun.”
“Kok lama amat?”
“Kan ngikutin CIA.”
“Kenapa ngikutin CIA? CIA kan beda sama kita.”
“Tapi CIA berdiri udah lama. Lagian sejauh ini sistem dan metodenya terbukti berhasil.”
“Tapi masa kalau nanti Papa ngobrol sama Te’ta atau orang lain dan mereka semua udah tahu, masa Papa belaga nggak tahu?” ujar Papa yang selalu egonya terluka kalau tidak mengetahui hal-hal umum yang diketahui orang lain ini. Ini memang penyakit gengsi yang biasa diderita sama orang-orang yang cerdas.
“Ya nggak apa-apa dong. Kan namanya juga rahasia.”
“Ya kalau rahasia itu udah diketahui orang lain, masa Papa belaga nggak tahu!”
“Kalau semua orang udah tahu, artinya itu bukan rahasia dong.”
“Ya bukan gitu… Masa Papa harus belaga nggak tahu sih kalau itu cerita tentang keluarga Papa sendiri.”
“Oh… Nggak kok. Ini bukan soal keluarga besar kita kok. Ini cuma soal aku. Lebih tepatnya soal asmaraku.”
“Oooooh gitu…. Ntar aja deh ceritanya. Papa mau bikin teh dulu,” kata Papa sambil ngeloyor pergi.
Ck….. (-_____-*)
Setelah dibaca lagi sekarang:
-Papa emang slompreto banget waktu itu. Udah debat panjang-panjang, tahu-tahu ditinggal begitu aja. Huh!
-Soal asmara yang gw mau ceritakan waktu itu ternyata nggak penting. Itulah asmara, waktu sedang dilanda asmara, kita merasa bahwa itu hal terpenting di dunia, sampai nggak bisa tidur dan nggak selera makan. Tapi begitu kita udah berhasil mundur untuk melihat keadaan asmara itu yang sebenarnya dari jauh atau mungkin ketika kita berhasil keluar dari lilitan asmara tersebut, kita baru akan menyadari betapa nggak pentingnya asmara yang saat itu.
-Sekarang gw berada dalam lilitan asmara Si Punk Rock. Kalau yang ini beneran penting. Kenapa begitu? Karena ini cowok yang berani melamar gw, menerima semua keadaan gw, berlaku aneh bersama gw, menghargai gw, menepati serta bertanggung jawab akan segala ucapannya ke gw. Ini barulah asmara yang penting ^__^