Harga Perempuan

(Repost dari blog yang lama: 24 September 2009)

Sebagai perempuan di dunia timur, gw kadang-kadang merasa kelamin gw dihargai lebih rendah dari yang semestinya.

Contoh:
– Perempuan ga usah sekolah tinggi-tinggi, tokh nanti hidupnya hanya akan berujung di dapur. (Padahal tingkat intelektualitasan perempuan jugalah yg mendukung suami untuk lebih sukses. Contoh nyatanya adalah Ratu Theodora di Yunani yg banyak memberi masukan canggih kepada suaminya, Kaisar Justinian I )
– Perempuan ga boleh deketin cwo duluan. Perempuan yg deketin cwo duluan adalah perempuan murahan. (Padahal cowo juga suka tuh kalo cwe duluan yang deketin)
– Harta warisan lebih banyak diwariskan kepada pihak lelaki daripada pihak perempuan (kecuali di adat Minang). Dengan alasan lelaki lebih bisa bisa menggunakan uang itu untuk usaha dan menyambung hidup. (Yakin??)
– Kalimat “Nggak usah ikut campur! Kamu perempuan tahu apa!” nggak jarang gw jumpai di sinetron.
– Kalau melihat ada ketidak beresan dalam menyetir dan yg nyetir ternyata perempuan, lagi-lagi kelaminnya lah yg dipermasalahkan. (Padahal pernah ga sih lo liat perempuan teriak-teriak di pinggir jalan ampe mau bunuh-bunuhan hanya gara-gara rebutan jalan? Gw sih belom pernah)

Gw yakin gw bukan satu-satunya perempuan yang merasakan ketidakadilan persepsi orang akan kelamin gw ini. Tapi gw berusaha menerima hal itu sebagai bagian dari budaya yang sampai saat ini masih belum bisa dirombak secara total aja.
Tapi perlu diingat kalau perubahan persepsi tersebut secara total itu bisa berbahaya juga. Soalnya kalau kita menuntut perempuan itu sama dengan lelaki, maka dunia ini tidak perlu pintu dan baju karena tokh lelaki dan perempuan sama aja. Buat apa saling menutupi aurat, ya kan? Makanya jujur gw agak-agak sebel dengan perempuan yang menuntut persamaan tanpa batas dengan kaum adam. Menurut gw  itu perempuan bodoh.

Soalnya menjadi perempuan itu menyenangkan lho. Kita bisa mendapatkan perlakuan lebih hanya karena kita menyandang hormon estrogen ini. Seperti kita dibayarin pas kencan pertama, kita dibukain pintu, kita dapat tempat parkir khusus perempuan, kita bisa dapat bangku di bis hanya karena kita perempuan. Bayangkan kalau keistimewaan itu semua hilang karena persamaan kodrat dengan lelaki. Sadarlah lelaki dan perempuan itu memang berbeda kodratnya. Udah kodratnya perempuan untuk hamil, melahirkan, lebih bersih, lebih ekspresif dan lebih penyayang. Begitu juga lelaki yg udah punya kodrat utk lebih kuat, jorok, dan kasar. Bukankan perbedaan itu yg membuat hidup saling mengisi?

Maka dari itu, definisi emansipasi yg paling gw suka dan gw anut adalah emansipasi menurut Kak Butet yang menjadi guru untuk anak suku dalam. Dia bilang emansipasi adalah wanita dibebaskan menjadi apa yang dia kehendaki. Jadi kalau perempuan mau jadi kenek angkot yah silahkan atuh. Jangan dilarang hanya karena kelaminnya perempuan. Kalau perempuan mau sekolah tinggi ampe botak, ya mohon jangan dihalangi dan jangan dikira itu ga akan berguna untuk dirinya maupun negeri ini. Kalau perempuan mau jadi perampok, ya itu juga pilihan hidupnya. Makanya ketika tiba saatnya dia ketangkep jgn pakai kalimat “Masa perempuan jadi perampok?” Kalimat yg bodoh.

Eh tapi, belum lama ini gw menemukan dimana feminitas itu dibayar lebih mahal kok. Hal itu gw temukan di kepiting.

Jadi dua hari yg lalu gw ngidam pgn makan kepiting. Maka pergilah gw dan Papa berburu kepiting di warung seafood tenda pinggir jalan. Di daftar menunya yg dilaminating dan telah dinodai oleh kecap di beberapa bagian itu, gw melihat tulisan begini…
Kepiting Telor : Rp 35 000
Kepiting Jantan: Rp 30 000

Yah setidaknya saat ini udah ada feminitas yg dihargai lebih dari maskulinitas 🙂

 

Setelah dibaca lagi sekarang:

-Setuju kalau perempuan dan lelaki itu beda dan harus mempertahankan kodrat masing-masing.

-Hidup Kak Butet!

 

Comment

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: