(Repost dari blog yang lama: 11 Maret 2009)
Pagi-pagi di kantor….
Gw cerita ke Yani kalau semalam gw ketemu sama gebetan gw di sebuah liputan. Dari pertemuan yang berlanjut dengan ngobrol-ngobrol sama si gebetan itu, gw jadi tahu tipe cewek kesukaan si gebetan gw itu. Yaitu, cewek putih dan chubby.
Owkey, gw sadar diri kalo gw ga putih dan ga chubby. Jadi bye bye gebetan! Lagian setelah gw perhatikan dia di liputan itu, ternyata dia adalah orang yang habluminanas atau gaulnya doang yg kenceng. Tapi kyanya habluminallah-nya kaga jalan. Terlihat banget dari sebuah percakapan kecil di mana ia ada niat pengen beli ‘minum’. Dan tentu saja radar cewek kolot gw langsung mengirimkan stempel khayalan yg bertuliskan ‘il-feel’ di jidatnya.
Nah, ternyata perbincangan soal warna kulit itu dilanjutkan Yani ke Asri. Gw awalnya ga terlalu mendengarkan perbincangan mereka. Tapi karena kedekatan geografis meja kita, maka mau tak mau gw pun menjadi mengikuti perbincangan mereka tentang warna kulit itu.
“Iyah, gw itu yang paling item di keluarga gw,” kata Yani.
“Lha! Bokap lo orang Kupang, bukannya item ya?” tanya Asri.
“Bokap gw itu itemnya karena dia kerja di laut. Kata Oma gw yg dari bokap tuh….
‘Cuma Yani cucu Oma yang hitam. Yani pu Papi sonde hitam. Yani pu Papi itu putih. (artinya: Papanya Yani itu ga itam. Papanya Yani itu putih) Makanya dulu banyak yang suka sama Papi Yani. Malah dulu rambut Papi Yani itu sedikit kuning karena Papi Yani putih,’ ” cerita Yani mengenang almarhumah Omanya lengkap dengan logat Kupangnya.
“Nyokap lo itam apa putih?” tanya Asri lagi.
“Putih.”
“Adik-adik lo?” kali ini tanya gw karena mulai tertarik dengan perbincangan mereka.
“Adik-adik gw itu item karena mereka cowok. Mereka tuh tukang main. Jadi mereka item. Tapi mereka pas lahir ga item. Malah kalau foto kecil kita dijejerin, bakal keliatan banget kalau yg item dari lahir itu gw doang.”
“Jadi lo item dari siapa dong?” tanya Asri.
“Dari Opa gw dari bokap.”
“Hooo…gitu….” kata gw ma Asri bebarengan sok kompak gitu deh kaya compact powder (lho????)
“Walaupun gw satu-satunya cucu yg berkulit hitam dari keluarga bokap maupun nyokap, tapi gw suka dengan kulit gw ini. Gw ga pengen jadi putih,” kata Yani dengan penuh percaya diri. Dan perkatannya kita sambut dengan acungan jempol!
“Jadi nanti kalau gw punya anak, pasti anak gw putih. Soalnya bokap-nyokap gw which is yg menjadi opa-oma dari anak gw kan putih,” kata Yani mengambil kesimpulan sendiri.
“Lha! Belum tentu. Kan opa-oma dari pihak suami lo item,” kata gw sok berteori.
“Lha! Suami dari mana??? Emang suami gw Glen Fredly!!!” ujar Yani sengit karena ga terima predikat jomblonya dinodai.
“Ohhh, jadi Yani calonnya udah ada?” tanya Mami Wis yg sedari tadi diam seolah-olah tidak mendengarkan ternyata diam-diam mendengarkan.
“Lho?? Ga gitu Mami! Blablablabla…” tandas Yani berusaha mengklarifikasi statusnya.
Gw pun melipir beringsut pergi, meninggalkan situasi yang berkesimpang-siuran fakta gara-gara gw berteori.
Peace Yani!
Setelah dibaca lagi sekarang:
-Yani masih bangga dengan kulit hitamnya. Terlihat dari frekuensinya memakai baju tidak berlengan yang semakin sering. Tapi gw belajar banyak dari Yani dalam perkara mencintai warna kulit.
-Gw udah nggak pernah ketemu mantan gebetan itu lagi. Udah nggak peduli juga 😀